I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Padi
adalah salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan
untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa
disebut sebagai padi liar. Produksi padi
dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian,
padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Terdapat
25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Pangan merupakan masalah strategis bagi semua
negara di dunia. permasalahan tersebut dikarenakan pangan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia. Permasalahan pangan mengakibatkan banyak negara
mereformulasikan ketahanan pangan negara-negara tersebut. Pemerintah selalu
memperbaiki pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan pangan guna
tercapainya ketahanan pangan di dalam Negara.
Berdasarkan definisi UU RI
No. 7 tahun 1996 dalam Ristek (2000) Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi
di mana tercukupinya pangan bagi masyarakat secara jumlah dan kualitas serta
mampu di jangkau oleh masyarakat secara ekonomi. Melemahnya ketahanan Indonesia
mendorong dilakukanya upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan tersebut.
Salah satu upaya tersebut adalah meningkatkan produktivitas pangan sehingga
aspek-aspek dari ketahanan pangan dapat terpenuhi.
Padi merupakan komoditas
tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras
sebagai bahan makanan pokok. Sembilan puluh lima persen penduduk Indonesia
mengonsumsi bahan makanan ini (Swastika et al., 2007). Beras mampu
mencukupi 63% total kecukupan energi, 38% protein dan 21,5% Protein (Indrasari et
al., 2006). Kandungan gizi dari beras tersebut menjadikan komoditas padi
sangat penting untuk kebutuhan pangan sehingga menjadi perhatian di Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan beras. Kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan
beras di Indonesia sangat penting. Menurut Swastika et al.(2007)
kemampuan Indonesia dalam memenuhi swasembada beras menurun dalam waktu tiga
dekade setelah terjadinya swasembada beras pada tahun 1984. Salah satu penyebab
terjadinya hal tersebut adalah terjadinya konversi lahan sawah menjadi areal
pembangunan sebesar 30,8%. Meningkatnya konversi lahan tersebut memperlemah
ketahanan pangan di Indonesia. Peningkatan potensi produktivitas padi secara
nasional dapat ditingkatkan kembali melalui lahan-lahan non irigasi untuk
mengganti lahan irigasi yang telah di konversi menjadi areal pembangunan.
Pemanfaatan lahan non irigasi berupa lahan kering dapat dipergunakan untuk
penanaman padi. Lahan kering berupa tegalan dan lahan belum termanfaatkan di
Indonesia mencapai lebih dari dua puluh empat juta hektar. Lahan tersebut jauh
lebih luas dibanding dengan lahan irigasi yang berkisar antara tujuh juta
hektar (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007) . Pemanfaatan
lahan kering dan belum termanfaatkan tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan
padi gogo. Penanaman padi gogo pada lahan tersebut diharapkan dapat menambah
produksi padi nasional.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah:
1.
Mengetahui masalah pangan
yang terjadi
2.
Mengetahui cara pengembangan
padi gogo
3.
Memahami permasalahan
mengenai padi gogo
II.
PEMBAHASAN
Komoditas pangan telah menjadi komoditas yang
semakin strategis dalam era perkembangan globalisasi dan liberalisasi
perdagangan karena ketidakpastian dan ketidakstabilan produksi pangan nasional.
Negara juga tidak dapat mengandalkan ketersediaan pangan di pasar dunia. Oleh
karena itu, sebagian besar negara-negara menetapkan sistem Ketahanan Pangan
untuk kepentingan dalam negerinya. Ketahanan pangan adalah suatu upaya untuk
mewujudkan ketersediaan, aksebilitas, dan stabilitas pengadaan pangan bagi
masyarakat. Ketahanan pangan merupakan program utama pemerintah untuk mencukupi
kebutuhan pangan seluruh penduduk yang menyangkut ketersediaaan dan
keterjangkauan pangan dalam jumlah cukup serta bermutu. Program ini meliputi
aspek pasokan yang mencakup produksi dan distribusi, aspek daya beli, dan
keterjangkauan setiap penduduk terhadap pangan. Target dari program ketahanan
pangan adalah meningkatkan produksi padi nasional agar seluruh kebutuhan beras
dapat dipenuhi dari dalam negeri. Usaha peningkatan produksi padi dilakukan
dengan peningkatan produktivitas padi di daerah yang belum optimal. Kendala
yang ditemui dalam usaha peningkatan produktivitas padi tersebut adalah
terbatasnya terobosan teknologi baru khususnya varietas unggul serta alih
fungsi lahan subur untuk kepentingan industri, perumahan dan penggunaan lahan
non pertanian lainnya. Peningkatan luasan lahan pertanian pada kurun waktu 1980
sampai 1989 sebesar 1,78 persen per tahun, pada kurun waktu tahun 2000 sampai
2005 terus menurun menjadi 0,17 persen per tahun. Neraca luasan sawah pada
periode 1981 sampai 1989 masih positif 1,6 juta hektar, namun pada kurun waktu
1999 sampai 2002 neraca sawah negatif 400 ribu hektar. Alih fungsi lahan
mengakibatkan penurunan areal panen sebesar 0,9 persen di Indonesia (Wiganda,
2006). Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun 2007 pemerintah membuka lahan
persawahan baru seluas 20 ribu hektar dan merencanakan 50 ribu hektar pada
tahun 2008. Penggunaan lahan terlantar seluas 9,7 hektar sebagai lahan sawah
tidak mudah dilakukan karena biaya yang diperlukan besar. Kemampuan negara
dalam mencetak lahan sawah baru belum dapat mengimbangi laju alih fungsi lahan
sehingga produksi padi nasional terus mengalami penurunan.. Indonesia mempunyai
lahan kering yang cukup luas dan tidak termanfaatkan secara optimal. Adapun
lahan kering yang dimaksud adalah lahan yang tidak mempunyai saluran irigasi.
Air yang terkandung hanya berasal dari air hujan yang ditahan oleh partikel
tanah. Oleh karena itu lahan kering pada umumnya mengalami kekeringan pada
musim kemarau. Sifat atau karakter lahan kering tersebut menyebabkan
terbatasnya komoditas tanaman budidaya yang dapat dikembangkan. Salah satu
komoditas pangan yang dapat berproduksi di lahan kering adalah padi gogo.
Pengembangan padi gogo di lahan kering yang selama ini belum termanfaatkan
dengan optimal dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi masalah
ketahanan pangan. Penurunan areal sawah akibat alih fungsi lahan yang berubah
menjadi areal perumahan dan pabrik industri, tingginya biaya membuka areal
sawah baru, serta peruntukan air irigasi padi sawah yang semakin terbatas
menyebabkan padi gogo menjadi penting untuk dikembangkan (Rachman et al.,2003).
Padi gogo kurang mendapat perhatian karena produktivitasnya rendah. Laporan BPS
(2005) rata-rata produktivitas padi gogo adalah 2,56 ton per hektar, hasil ini
jauh di bawah rata-rata produktivitas padi sawah di Indonesia yang mencapai
4,78 ton per hektar. Sumbangan padi gogo terhadap produksi beras nasional masih
kecil. Keadaan inilah yang mendorong pengembangan padi gogo varietas unggul
dengan daya hasil tinggi. Selain itu padi gogo kurang disukai karena tekstur
nasi yang pera dan rasa nasi kurang enak. Perbaikan varietas padi gogo pada
masa mendatang ditekankan pada pembentukan varietas unggul yang lebih baik
untuk berbagai agroekosistem dengan memperhatikan kualitas beras dan rasa nasi.
Selain itu, produksi padi gogo juga lebih rendah dibandingkan dengan produksi
padi sawah. Padi sawah biasanya ditanam di daerah dataran rendah yang memerlukan
penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam di dataran tinggi pada lahan kering.
Tidak terdapat perbedaan morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi
gogo, yang membedakan hanyalah tempat tumbuhnya
Padi gogo aromatik merupakan padi gogo yang dikembangkan dengan tujuan memperbaiki sifat padi gogo pada umumnya. Padi gogo aromatik berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu usaha peningkatan produksi beras nasional dalam rangka menunjang ketahanan pangan, karena produksinya cukup tinggi. Selain itu padi gogo aromatik mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan padi gogo pada umumnya diantaranya rasa nasi pulen, produksi tinggi dan aromatik.
Padi gogo aromatik merupakan padi gogo yang dikembangkan dengan tujuan memperbaiki sifat padi gogo pada umumnya. Padi gogo aromatik berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu usaha peningkatan produksi beras nasional dalam rangka menunjang ketahanan pangan, karena produksinya cukup tinggi. Selain itu padi gogo aromatik mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan padi gogo pada umumnya diantaranya rasa nasi pulen, produksi tinggi dan aromatik.
III.
KESIMPULAN
Dari makalah yang telah kami
buat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Ketahanan pangan merupakan
program utama pemerintah untuk mencukupi kebutuhan pangan seluruh penduduk yang
menyangkut ketersediaaan dan keterjangkauan pangan dalam jumlah cukup serta
bermutu.
2.
Kendala yang ditemui dalam
usaha peningkatan produktivitas padi tersebut adalah terbatasnya terobosan
teknologi baru khususnya varietas unggul serta alih fungsi lahan subur untuk
kepentingan industri, perumahan dan penggunaan lahan non pertanian lainnya.
3.
produksi padi gogo lebih
rendah dibandingkan dengan produksi padi sawah. Padi sawah biasanya ditanam di
daerah dataran rendah yang memerlukan penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam
di dataran tinggi pada lahan kering.
4.
padi gogo kurang disukai
karena tekstur nasi yang pera dan rasa nasi kurang enak
5.
Padi gogo aromatik merupakan
padi gogo yang dikembangkan dengan tujuan memperbaiki sifat padi gogo pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2007. Padi Gogo (On Line). http://www.warintek.progressio.or.id. Diakses
tanggal 25 februari 2011. Subang: Balai Penelitian Tanaman Padi.
Basyir,
A. P. Slamet, Suyanto dan Suprihatin. 1995. Padi Gogo. Malang: Balai
Penelitian Tanaman Pangan.
Matsuo,
T., F. Kikuchi, Y. Futsuhara and H. Yamaguchi. 1997. Science Of The Rice
Plant. Tokyo: Food and Agriculture Policy Research Center Yushima.
Rachman, A., Purwani, I., Wahono, T.C., Mardawilis, Emilya, Firman, Khadir, Sinaga, P.H. dan Rivana, C. 2003. Pengkajian Sistem Usaha Pertanian (SUP) Berbasis Padi Gogo. http:// www.pustaka.bogor.net / patek / apt1250.htm. Diakses pada tanggal 25 februari 2011.
What's the best casino to play poker with a cashable - Dr.MD
BalasHapus› casino-pl › casino-pl Sep 8, 전라남도 출장샵 2021 — 구미 출장마사지 Sep 8, 2021 If you are looking for a reliable and secure way to play online poker for 부산광역 출장샵 real cash, check out this 전주 출장안마 article to find 속초 출장샵 out!