I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu
berinteraksi dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan
ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat
antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat
pada musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh
alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai
faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu
musuh alami dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan
umum.
Setiap spesies serangga hama sebagai bagian dari
komplekskomunitas dapat diserang oleh serangga lain atau oleh patogen penyebab
penyakit pada serangga. Ditinjau dari segi fungsinya musuh alami dapat
dikelompokan menjadi predator, parasitoid dan patogen.
Serangga hama mempunyai musuh alami yang memakan
serangga hama disebut predator. Sedangkan serangga hama yang dimangsa disebut
pre. Predator juga merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau
memangsa organisme lain. Predator bersifat polifag memangsa berbagai jenis
mangsa dan memiliki daya cari (searching capacity) yang tinggi. Hampir semua
ordo serangga memiliki jenis yang menjadi predator misalnya Coleoptera,
Neuroptera, Hymenoptera, Diptera, dan hemiptera.
Parasitoid merupakan serangga yang memarasit
serangga lain. Parasitoid debedakan mejadi ektoparasitoid (berkembang dari luar
tubuh inang) dan
endoparasitoid (berkembang di dalam tubuh inang).
Apabila lebih dari satu individu parasitoid berkembang dalam satu inang maka
disebut parasitoid gregarius. Ordo serangga yang anggotanya menjadi parasitoid
meliputi Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Neuroptera dan
Strepsitera.
Serangga dapat diserang pula oleh patogen berupa
jamr, bakteri, virus, protozoa, atau nematoda yang dalam kondisi tertentu dapat
menyebabkan kematian dan menurunkan populasi hama. Beberapa patogen serangga
yang terkenal misalnya jamur Materhizium anisopliae, Nomuraea rileyi,
Entomopthora sp., Beauveria basiana, bakteri Bacillus thuringiensis, B.
popilliae, nematoda Neoaplectana carpocapsae, Mermis sp., Heterorhabditis sp.
Cara untuk pengendalian hama adalah dengan cara
menginfeksikan penyakit pada hama betina atau jantan dan melepaskan serangga hama
yang telah terinfeksi tersebut ke dalam hutan agar menularkan serangga-serangga
yang lain. Biasanya pada serangga betina zat yang dimanfaatkan adalah (feromon)
yang dihasilkan serangga. Pelepasan feromon seksual melibatkan pematangan
seksual dan umur betina yang perawan, waktu dari hari periode kawin, periode
penyinaran, suhu, kecepatan angin, dan intensitas cahaya.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Mengenal
Musuh Alami dari Hama Tumbuhan.
- Mengenal
predator serangga.
II.
METODELOGI PERCOBAAN
A.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain alat tulis dan
kertas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah contoh spesimen serangga musuh
alami.
B.
Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan adalah sebagai berikut:
- Mengamati
contoh spesimen serangga musuh alami.
- Mencatat
klasifikasi dari contoh spesimen serangga musuh alami yang ada.
III.
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1)
Ordo
Orthoptera
- Kingdom : Animalia
- Filum :
Arthopoda
- Kelas :
Insecta
- Ordo :
Orhoptera
- Family : Mantidae
- Genus :
Mantis
- Spesies :
Mantis sp.
- Peran :
Predator
2) Ordo
Hemiptera
a. Family : Reduviidae
- Nama Umum : Kepik Buas
- Peranan :
Predator
b. Family : Belostomatidae
- Nama Umum : Kepik Air Raksasa
- Peranan : Predator
c.
Family : Angang-angang
-
Peranan : Predator.
d.
Family : Pentatomidae
-Nama
Umum : Nimfa Kepik Buas
-
Peranan : Predator
3) Ordo
Diptera
- Family : Asilidae
- Peranan : Predator
4)
Ordo Odonata
a. Family : Libellulidae
- Nama Umum : Capung Peluncur
- Peranan : Predator
b. Family :
Coenagrionidae
-
Nama Umum : Capung Jarum
-
Peranan : Predator
5)
Ordo Coleoptera
a. Family : Cicindelidae
- Peranan : Predator
b. Nama Umum : Kumbang Kubah
Predator
- Peranan : Predator
6) Ordo Hymenoptera
Family :
Braconidae
-
Nama Umum : Stenobracon
-
Peranan : Predator
7) Nama Umum :
Laba-laba
-
Kerajaan :
Animalia
-
Filum : Arthropoda
-
Kelas : Arachnida
-
Ordo : Araneae
-
Genus
: Araneus
-
Spesies
: Araneus diadematus
B.
Pembahasan
Predator adalah organisme yang hidup bebas yang memangsa organisme lainnya.
Predator dapat menyerang dari
mulai fase immature (pra dewasa) sampai dengan fase dewasa dari serangga
mangsa. Dan untuk mencapai fase dewasa, predator membutuhkan lebih dari satu
individu inang. Predator serangga di alam, terdiri dari burung,ikan, ampibi,
reptile, mamalia dan arthropoda. Pada umumnya yang biasanya digunakan sebagai
agen biocontrol dalam pengendalian hama adalah serangga dan tungau (mites).
Sebagian predator nampak gesit, pemburu yang rakus, secara aktif mencari
mangsa di tanah atau pada vegetasi. Kebanyakan spesies bersifat predator pada
stadia muda maupun dewasa, namun ada yang menjadi predator pada stadia larva
saja, sedangkan imago mengkonsumsi madu atau lainnya. Adapula spesies bukan
predator terutama betina, mencari mangsa untuk larvanya dengan meletakkan telur
di dekat mangsa, karena larva sering tidak dapat mencari pakan sendiri.
Jenis – jenis predator :
-
Predator
monofagus : adalah predator yang hanya memakan satu jenis mangsa
-
Predator
oligofagus : memakan beberapa jenis mangsa
-
Predator
polifagus : memakan banyak jenis mangsa.
Keuntungan dari predator yang bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada
kondisi jumlah populasi mangsa yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa
alternatif. Kelemahan kecil pemanfaatan predator adalah perlunya waktu cukup
lama untuk mendapatkan predator yang efektif sebagai agen hayati pengendalian
hama tanaman. Pengendalian hayati menggunakan predator membutuhkan penelitian
yang kompleks dan melibatkan kaitan antara pemangsa, mangsa (hama) dan tanaman
inang dari mangsa.
Karakteristik Preadator, adalah:
-
Dapat
membunuh mangsa dengan cepat
-
Hampir
semua individu pada populasi mangsa/hama (jantan, betina., immature, ataupun
dewasa) dapat dimangsa oleh predator
-
Sinkronisasi
antara predator dengan mangsa bukan merupakan suatu masalah.
Akan tetapi penggunaan predator dalam program pengendalian hama, tidak
sebanyak penggunaan parasitoid.
Menurut Holling (1961), terdapat lima komponen hubungan antara predator dan
mangsa yaitu :
1. Kepadatan mangsa
2. Kepadatan predator
3. Keadaan lingkungan, seperti adanya makanan
alternatif
4. Sifat mangsa, misalnya mekanisme mepertahankan
diri dari serangan pemangsa
5. Sifat predator, misalnya cara menyerang mangsa.
Penggunaan predator sebagai agen hayati pengendalian hama tanaman memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan dengan cara pengendalian lainnya karena aman,
permanen dan ekonomis. Keamanan dari pemanfaatan predator merupakan faktor
penting, sebab banyak musuh alami bersifat spesifik (khusus) terhadap mangsa
tertentu. Oleh sebab itu tidak mungkin spesies bukan sasaran akan dipengaruhi
oleh predator, seperti pada penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
Penggunaan predator juga relatif permanen, karena hampir tidak mungkin
predator melakukan eradikasi suatu spesies terutama mangsa. Ketika mereka
merasa kenyang, perburuan dan penangkapan mangsa akan berhenti. Musuh alami
yang efisien memberikan pengaruh pada fuktuasi populasi mangsa tanpa adanya
campur tangan manusia. Sekali predator mapan di suatu tempat maka untuk jangka
lama mereka secara alami mengendalikan populasi mangsanya.
Praktek pengendalian hayati terdiri dari tiga macam cara yaitu :
introduksi, augmentasi, dan konservasi.
a.
Introduksi,
Introduksi merupakan praktek klasik dalam pengendalian biologi, dikenal juga
dengan istilah importation, karena program biocontrol yang pertama muncul
menggunakan cara ini. Dasar dari praktek pengendalian ini adalah
mengidentifikasi musuh alami yang mengatur populasi hama pada lokasi aslinya,
kemudian diintroduksikan ke dalam suatu daerah yang baru untuk mengendalikan
hama, kemudian musuh alami akan reasosiasi dengan mangsa/inangnya. Harapan dari
musuh alami yang diintroduksikan, akan menjadi stabil di lapangan, dan secara
permanent mengurangi populasi serangga hama, sehingga berada di bawah ambang
ekonomi.
b.
Augmentasi,
Definisi Augmentasi adalah melepaskan dalam jumlah besar musuh alami yang telah
diproduksi massal dengan tujuan untuk meningkatkan populasi musuh alami di
habitat pelepasan atau membanjiri (inundasi) populasi hama dengan musuh alami.
c.
Konservasi,
Kemungkinan kebanyakan praktek yang dilakukan dalam biocontrol adalah dengan
menerapkan konservasi musuh alami. Tujuan dari program konservasi ini adalah
untuk menjaga dan mempertahankan populasi predator dan parasitoid yang ada di
lapangan.
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu :
- Predator
adalah organisme yang hidup bebas yang memangsa organisme lainnya.
- Predator
serangga di alam, terdiri dari burung,ikan, ampibi, reptile, mamalia dan
arthropoda.
- Keuntungan
dari predator yang bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi
jumlah populasi mangsa yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa
alternatif.
- Kelemahan
kecil pemanfaatan predator adalah perlunya waktu cukup lama untuk
mendapatkan predator yang efektif sebagai agen hayati pengendalian hama
tanaman
- Praktek pengendalian
hayati terdiri dari tiga macam cara yaitu : introduksi, augmentasi, dan
konservasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Holling, C. S.,
1961. Principles of Insect Predation.
Ann. Rev. Entomol. 6 : 163-182.
http://blog.ub.ac.id/rizkip.
Diunduh pada Hari Sabtu, Pukul 15.10 WIB.
http://www.sinartani.com/pangan/musuh-alami-dan-agen-antagonis-dalam-pengendalian-hama-terpadu-pht. Diunduh
pada Hari Sabtu, Pukul 15.30 WIB.
https://hadianiarrahmi.wordpress.com. Diunduh pada
Hari Sabtu, Pukul 15.38 WIB.
Sumardi dan S.M. Widyastuti,2004. Dasar-dasar
Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
terima kasih Mas Yus, materinya sangat bermanfaat ...
BalasHapusmateri ini sangat bermanfaat mas. terima kasih ....
BalasHapus